Kemarin gue sempat dengar soal kerjaan.
Apa mungkin mereka ada urusan pekerjaan bersama?
Gue mencoba berpikir positif.
Tapi di sudut hati, gue tau ada rasa insecure mengetahui Ivan pernah menjalin hubungan dengan Casey.
Gue takut…
Gue sesaat terdiam menatap HP Ivan yg kemudian berhenti berkedip.
Casey ga telepon2 lagi.
Syukurlah…
“Yaya?”
Suara serak Ivan mengalihkan perhatian gue.
Rambut Ivan tampak berantakan, dia agak menyipit bingung menatap gue yg berdiri mematung dengan mencurigakan di sebelah ranjangnya.
Tapi meskipun dia baru bangun, kegantengannya ga berkurang.
Malah lebih menggoda, seperti model seksi utk pemotretan majalah dewasa.
Orang ganteng bebas.
Huh ga adil!
Tapi Ivan cowo gue, jadi gue maafkan kegantengannya.
Uhuk!
“Sorry tadi gue ketok ga ada jawaban, jadi gue masuk.”
“Tadi gue breakfast duluan.”
“Tumben belum bangun, jadi gue cek ke sini.”
Gue buru2 menjelaskan maksud gue supaya ga ada salah paham.
Bukan mau memata2i HP Ivan misalnya…
Duh!
Pikiran gue ke sana lagi…
“Hmm…sepertinya baik2 saja.”
“Gue keluar dulu.”
Gue cepet2 memutuskan utk balik mau kabur.
“Hei.”
“Arghhh!”
Dari belakang, Ivan menarik pinggang gue, akibatnya gue terjatuh ke ranjang.
Gue menimpa Ivan yg….bu-bu-gil!
AHHH!!!
Pagi itu, gue ‘olahraga’ bersama.
Gue yg sudah mandi, mandi lagi utk yg kedua kalinya.
Sementara Ivan tampak segar n ceria.
Dari bangun sudah ‘olahraga’ tentu badannya bugar.
Kemarin gue n Ivan kencan bersama teman2nya ke bioskop, sehingga kami ga bisa ajak nyokap keluar makan siang.
Jadi hari ini kami mau ajak nyokap keluar.
Waktu gue masuk mobil.
Ivan sedang telepon.
“Ok.”
“Nanti siang gue mampir.”
“Bisa diatur.”
“Sampai nanti.”
Gue tanya ada apa.
“Ini perusahaan bokap Casey terpilih utk mendesain bagian dalam proyek konstruksi yg perusahaan gue kerjain.”
“Karena ini proyek besar pertamanya sejak dia lulus, dia mau memastikan n minta pengarahan dari gue.”
“Nanti siang gue mau ketemu dia dulu, supaya besok team kami yg bertemu sudah ada gambaran seperti apa.”
Gue mengangguk2.
Ternyata bener soal kerjaan.
Tuh kan uda curiga2an…
Gue kesel sama diri sendiri…
“Yaya ga apa?”
Tau2 Ivan bertanya sama gue.
“Ga apa gimana?”
Gue tau gue menahan kepahitan di hati gue.
“Ini bener2 soal proyek.”
“Sejak gue pisah, gue ga pernah mencoba kontak, buat gue n Casey, urusan kami uda selesai.”
“Ini murni kepentingan bisnis.”
Penekanan Ivan ini, jujurnya sangat menenangkan hati gue.
“Ivan tau…meski gue ga bicara, bukan berarti baik2….”
“Gue hargai penjelasan Ivan, gue sekarang bisa tenang.”
Gue menunduk mengakui kegalauan di hati gue.
“Yaya, cuman Yaya yg paling gue sayang.
Cuman Yaya yg ada di hati gue.”
Duh!
Gombalannya menerangi kegelapan di hati gue.
Uhuk!
Akhir2 ini gue menikmati dunia pergombalan ini.
Ya udalah!
Biarinlah, sepanjang gue happy, gue untung, gue tutup mata.
Moto hidup yg penting utk hidup tenang n bahagia!
Tau Ivan terkekeh.
“Yaya bisa cemburu. Gue seneng banget. Hahaha.”
Ivan keliatan beneran seneng waktu tau gue cemburu.
Dia seneng, gue yg nyesek.
“Jadi awas, ga bole ada apa2 sama Casey!”
Gue uda ga mau pura2, gue harus peringatin dari awal.
“Tentu saja. Buat gue, di hati cuman ada Yaya.”
Ivan tersenyum menatap gue.
Gue kecanduan digombalin.
Uda akut ini!
Ga lama kami sampai rumah nyokap n makan siang bareng nyokap.
Lalu gue n nyokap didrop dikembalikan ke rumah.
Sedangkan Ivan melanjutkan ke rumah Casey.
Malamnya, Ivan datang setelah dinner.
Dia bilang dia sudah makan malam bareng Casey.
Gue memutuskan mempercayai Ivan.
Hati gue lebih tenang.
Ini pertama kali gue merasa cemburu.
Tapi karena Ivan berhasil menyakinkan gue, cobaan dalam hubungan kami bisa dilalui dengan baik.
Momen berikutnya gue bertemu Casey pas Ivan kumpul dengan teman2nya di sebuah club malam.
Kali ini karena Casey uda tau gue.
Dia menyapa gue dengan manis.
Kami sempet ngobrol n bercanda.
“Ivan sangat berbeda dengan Ivan yg dulu.”
“Kenapa Ivan yg dulu?”
Gue penasaran sama pendapat Casey.
“Dulu Ivan tuh sangat cuek, gue akui gue sempet ga bisa lepas gara2 tampangnya, tapi sangat lelah berada dalam hubungan bila hanya satu pihak yg harus mati2an ngejar terus.”
“Tapi sama Yaya saat ini, Ivan benar2 perhatian, benar2 sayang.”
“Teman2 Ivan ini saksinya, betapa Ivan berubah.”
Casey tersenyum sangat manis.
Pipi gue terasa panas karena gue tersipu.
“Huhuhu kapan gue bisa ketemu orang yg tepat yg bisa perhatian ma gue. Apa gara2 gue kurang menarik?”
Casey pura2 bersedih hati.
Gue setelah mengenal Casey seperti ini, berharap dia juga menemukan orang yg bisa memperlakukannya dengan lebih baik.
“Casey sangat menarik kok. Gue jujur sempet insecure, waktu tau Casey mantan Ivan.”
Gue mengakui kegalauan di hati gue.
Anehnya Casey malah keliatan terkejut.
“Yaya insecure liat gue? Yaya yg selalu jadi mimpinya Ivan selama ini sampe semua temen Ivan tau.”
Casey malah menahan ketawanya.
“Buat gue, sejak pertama gue liat Yaya, gue agak segan soalnya Yaya cakep banget, gue merasa wah ini anak pasti banyak pemujanya, gue malah merasa gue ga bakalan dianggap.”
Giliran gue yg bingung.
Betapa kita bisa segitu salah pahamnya.
Pada akhirnya kami menertawakan kebodohan sendiri yg gampang menilai sesuatu dari permukaan saja.
Ivan menghampiri kami yg ketawa2.
“Ada apa ini?”
“Gue pesan sama Yaya, cari yg lebih mudaan, dia pantes dapet yg lebih muda. Hahaha!”
“Hei! Jangan meracuni pikiran Yaya gue yg polos ini.”
“Gue ga akan lepasin dia.”
“Yaya sini ikut gue.”
Ivan tau Casey bercanda, dia hanya ingin ajak gue melantai aja.
Pas lagunya slow.
Gue pernah ada pengalaman.
Gue praktek kali ini.
Kami semi berpelukan n saling berhadapan.
Tangan Ivan membelai2 pinggang gue.
Tangan gue merasa aman di bahunya yg kokoh.
Mata Ivan berbinar2, tatapan Ivan yg penuh kasih sayang sampai ke hati gue yg terdalam.
Gue ga akan melepaskan dia. Selamanya.
Hati kami sepakat dalam hal ini.
Mukanya mendekat, bibirnya menyentuh bibir gue.
Kami berciuman dengan penuh perasaan yg hangat.
-The End-
Comment